Danau Toba

Danau Toba

Sunday, January 29, 2012

apa yang ku pikirkan?

ketika semua berjalan dan aku tertinggal jauh dibelakang, aku berharap akan adanya seseorang disampingku. aku ingin dia bisa menemaniku dan menuntunku untuk tetap berjalan. dan saat beban dipundakku terasa amat sangat berat aku harap dia akan mampu membuatku tenang dan menyemangatiku. mungkin ini akan kelihatan sangat egois, tapi aku pikir, aku memang sangat membutuhkannya. aku butuh sandaran. aku butuh orang yang mau mencoba mengerti aku. bukan selalu harus aku saja yang mencoba mengrti mereka. mungkin aku terlalu bodoh untuk menjadi pintar, terlalu lemah untuk menjadi tegar, terlalu naif untuk menjadi arif, terlalu hancur untuk menjadi utuh, terlalu rapuh untuk menjadi kuat, dan terlalu maya untuk menjadi nyata. tapi aku masih punya harapan. aku masih punya impian, dan aku masih ingin mengejar apa yang aku inginkan. dan aku akan terus berusaha untuk mendapatkan apa yang aku inginkan. bukankah itu cukup.
terkadang aku merasa mereka lebih beruntung dibanding aku, dan rasa iri pun kerap datang menyapa. tapi aku sadar, setiap orang memiliki takdir masing-masing. dan rasa iriku tidak akan membuatku menjadi mereka. dan ketika itu juga aku tau, yang harus aku lakukan adalah menerima dan berusaha lebih. karena nasibku ada ditanganku sendiri. dan aku sadar aku punya banyak pilihan, dan aku punya banyak peluang. yang aku butuhkan hanyalah sedikit kesempatan.
aku akan terus mencari apa yang aku inginkan dan menjaga apa yang aku dapat. aku akan terus berusaha, karena aku tau, orang yang aku inginkan sedang menunggu di masa depanku. :)

pikirkan

Pada dasarnya semua orang itu egois, mereka bisa mengerti dan ingin dimengerti, tapi tidak ingin susah payah untuk mencoba mengerti orang lain. Hemm.. itu cukup manusiawi bukan? Karena mereka memiliki urusan masing-masing, yang mungkin menyita waktu mereka untuk bertindak demikian.

Merasa tidak diperhatikan dan terpuruk, mungkin pernah kita alami. Atau bahkan mungkin kita merasa bahwa kita “jatuh ke lubang yang sama” yeah.. karna adanya kalimat itulah kita selalu mengasumsikan bahwa kesalahan yang kita buat berulang-ulang seperti itu.. tapi tidakkah kita berpikir bahwa kita punya kesempatan untuk melangkahi lubang yang sebelumnya kita buat? Lalu mengapa kita harus menjadi orang bodoh untuk kesekian kalinya? Hati boleh memimpin tapi lupakah kita bahwa kita masih memiliki sesuatu yang dinamakan logika? Apakah kita cukup adil untuk kedua hal ini?? Hemm.. aku rasa tidak..

Kelam, hitam, gelap.. hemm.. apa yang salah dengan kata-kata itu? Mengapa kita selalu menempatkannya kedalam bagian ter-“buruk” dari cerita di kehidupan kita? Tidak adakah warna lain yg bisa lebih menggambarkan? Tapi aku kira itu cukup untuk mewakili.. dunia tidak runtuh saat kita kehilangan, namun sebenarnya hati kita lah yang terluka karna belum bisa menerima kenyataan.. keluar dari kehidupan orang lain tidak semudah saat kita memasukinya.. jadi pergilah perlahan-lahan, karna kata “terbiasa” akan hilang dan berganti menjadi “biasa”.

Penyesalan.. huft.. aku bosan membahas tentang hal ini.. itu karena sudah banyak orang yg mengatakan “penyesalan selalu datang terlambat” dan itu cukup untuk kita bertindak hati-hati.. hemm.. namun pada akhirnya kita tetap melakukan hal yg membuat kita menyesal bukan? Jadi untuk apa? Kita tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi, cukup hanya dengan membiarkan semuanya berjalan sesuai dengan apa yang kita pilih. Karna sebenarnya diri kita lah kunci dari semua hal yang ada.

Jangan pernah berpikir bahwa dunia anda sempit atau kecil, karna itu akan menguntungkan orang lain untuk mengambil alih apa yang anda miliki, percayalah bahwa anda “LEBIH” dari semua hal yang berharga. Kita hanya cukup menghargai diri sendiri, dengan begitu yang lain pasti akan mengikuti.

Pernah sakit hati bukan? Bagaimana rasanya? Lalu mengapa kita harus menyakiti orang lain juga? Merasa puas kah? Menurutku itu tidak akan ada gunanya. Karna pada akhirnya kita lah yang akan merasa bersalah karna telah melakukan hal bodoh.

Marah.. aku akan menjustifikasikan “kata kerja” itu sebagai pekerjaan yang dilakukan oleh orang bodoh yang tidak dapat berpikir positif. Ahaha.. sadis, tapi bukankah itu benar? Karna aku pikir marah tidak menyelesaikan masalah, dan hanya akan memperburuk keadaan. Dimana letak keuntungannya? Merasa puas kah? lalu kemudian menyesal karna telah melukai seseorang? Hhe.. bodoh bukan? "tapi aku sering melakukannya"

Pada kenyataannya kita lah yang membuat diri kita tampak bodoh untuk sesuatu yang kita ketahui.. jadi mengapa kita tidak mencoba untuk berpikir lebih? Lupakan  kalimat “Jika aku terus menerus mengerti orang lain lalu kapan orang lain akan mengerti aku?” karena itu adalah asumsi yang salah.. percayalah, semua akan ada timbal baliknya.. lambat laun kita akan menuai apa yang telah kita tanam,, kita hanya butuh sedikit kesabaran..