Kemarin…
Jantungku berdebar
kencang saat kamu memasuki duniaku. Banyak pertanyaan yang mendasar di dalam
diriku, apakah bila dengan aku maka kamu akan baik-baik saja? Apakah aku akan
pantas untukmu? Apakah ini akan baik? Atau apakah aku akan mengecewakan atau
bahkan dikecewakan lagi? Namun bukan dengan setengah hati aku menjalaninya
bersamamu. Aku menukar semua kebahagiaan yang kupunya dengan perhatian kecil
darimu. Selalu berharap bahwa semua perhatian yang kamu berikan itu benar-benar
tulus. Karena pada awalnya aku yakin bukan hal yang mudah bertahan dalam
penolakan yang kuberikan saat kamu terus mencoba untuk menawar hatiku.
Setelah semua yang
kita awali, kini aku yang mulai merasakannya. Meski belum pernah bertemu perasaan
cemas, takut, senang, sedih, dan cemburu, itu sungguh menghantuiku. Kamu telah
benar-benar merampas ketenangan yang baru saja aku rasakan. Terlalu banyak
portal yang menghalangi jalan kita. Meski dengan susah payah aku
mempertahankanmu dan kita dapat bersama, tetapi pada akhirnya semua yang kita
awali itu berakhir. Jujur, aku masih ingin mempertahankannya lagi, karena pengorbanan
dan perasaanku hanya benar-benar untukmu. Tapi dengan membawa semua
kebahagiaanku, kamu melangkah pergi. Dengan tidak memperhatikan perasaanku,
kamu menghilang. Dan dengan dia, kamu kembali. Sakit.. itu sudah pasti. Meski
sudah beberapa tahun tapi, perasaan yang tinggal serpih itu masih tetap utuh.
Dan sakit ini pun tidak akan pernah menggantikan posisi perasaan awal yang dikarenakan
kamu.
Dan bagaimanapun
juga seharusnya aku berterimakasih kepadamu.. karena kamu lah aku menjadi aku
yang sekarang. Aku lebih tegar dan jauh lebih bisa menerima kenyataan hidup.
Pahit, manis, susah, senang, yang silih berganti itu kini begitu mudah kujalani.
Dan hari
ini aku baru menyadarinya.. tahu apa? Kamu.. perasaanku, dan semua yang kita
lalui..
Aku
sadar, ternyata bukan dirimu yang aku butuhkan, tapi perhatianmu. Bukan wujudmu
yang aku kagumi, tapi pola pikirmu. Dan bukan rupamu yang aku inginkan, tetapi
caramu.. aku sendiri bingung, dengan diriku yang tidak tau apa itu cinta, tapi
bisa merasakan rasa sayang yang begitu dalam. Namun aku menyayangkan semua yang
telah kita akhiri. Kini hariku bukan
hanya tanpa ragamu tapi juga tanpa hatimu. Dan penyesalan itu hanyalah
perasaan yang sia-sia. Sebenarnya apa ini? Apakah aku main-main dengan
perasaanku? Ataukah aku salah dengan semua yang aku anggap kamu? Hhe kacau..
jika kehidupan kamu dan aku diibaratkan sebuah lingkaran maka sekarang
kita berbeda 1800, kamu dan
aku..
16
september itu menjadi saksi bisu dimana aku menghabiskan waktuku dengan
menangisi ketidak relaanku karena kepergianmu. Bukan alasan bila aku menangis
karena kamu yang begitu mudah melepas aku. Bukan juga karena kamu yang tidak
ingin mempertahankan hubungn kita. Karena aku sudah cukup tegar untuk hal itu.
Aku menangis karena aku yang terlalu bodoh untuk percaya semua ucapan dan janji
yang kamu katakan sejak awal, janji yang didalamnya terdapat banyak mimpi yang
membuatku terus berharap. Dan juga karena aku yang benar-benar bodoh melepaskan
hal yang paling berharga dan berarti dalam hidupku. Tapi pada akhirnya aku tau,
kamu memang sudah seharusnya pergi. Dan seharusnya kesadaranku datang sejak
awal perkenalan kita… kini bukan hanya berbeda 180°. Semuanya semakin jauh,
semakin jauh.. bahkan meskipun kita berada dalam satu lingkaran, lingkaran itu
tak akan pernah bisa mempertemukan kita..
No comments:
Post a Comment